Beasiswa, Sekolah, Anak?

1 Des

Sebagai perempuan Indonesia, yang dididik untuk senantiasa menjadi istri yang baik, dengan menjadi ibu rumah tangga yang baik, bisa mengurus anak dengan baik dan seterusnya… sebagian perempuan di negeri ini mungkin berpikir berkali-kali ketika ingin melanjutkan sekolah, apalagi musti cari beasiswa ke luar negeri. Gimana ngatur waktunya? Udah punya anak mah repot mau sekolah lagi… kira-kira itu pertanyaan yang muncul kemudian..

 

Benar banget, untuk mencari beasiswa ke luar negeri, kita emang kudu punya nilai bahasa Inggris tertentu.. minimal, TOEFL 500 atau IELTS 5.0, syukur-syukur lebih tinggi dari itu. Ada temanku yang bilang, “enak ya kamu.. belum nikah, jadi bisa leluasa mencari ilmu, kalo dah nikah susah.” Itu kalimat disampaikan saat aku masih lajang, belum menikah. Lalu, ketika aku sudah menikah dan belum punya anak, teman-temanku pada bilang,”Kamu sih biarpun dah nikah tapi kan belum punya anak.. jadi nggak repot kayak kita ini. Haduhhh, ngurus anak masih kecil-kecil..repot.” jadi, sambung mereka, boro-boro mau daftar beasiswa, untuk kursus bahasa inggris atau belajar bahasa inggris aja udah susah banget…..

 

OK,.. aku memang belum punya anak. Tapi aku bisa crita mengenai beberapa teman yang aku kenal ketika aku mengikuti EAP di IALF Jakarta selama enam bulan kemarin. Ternyata, sebagian dari teman-temanku itu sudah menjadi ibu rumah tangga sejak lama. Ada yang punya anak dua orang, tiga orang bahkan ada yang anaknya empat orang. Aku tak bicara para suami, yang aku bicarakan adalah teman-teman  perempuan. Mereka itu adalah seorang pekerja di sebuah instansi/lembaga swadaya masyarakat/departemen, mereka juga mencari beasiswa (yang akhirnya mereka dapatkan) dan mereka juga seorang ibu bagi anak-anak mereka, tentu saja istri bagi suami mereka.

 

Bahkan, ada temanku yang mendapatkan beasiswa tahun lalu, tapi karena dia melahirkan (saat wawancara beasiswa, dia lagi hamil tua), dia pun mengikuti EAP-nya tahun berikutnya. Jadi, saat mengikuti EAP, anaknya baru berusia enam bulan. Malah ada lagi yang saat masuk mengikuti EAP, ia baru saja melahirkan sebulan sebelumnya.

Ini adalah sebuah perjuangan… jadi pada akhirnya, bukan soal tidak bisa atau bisa, tetapi pada pertanyaan, apakah kita mau atau tidak?

 

Aku hanya ingin menggarisbawahi bahwa sekolah lagi saat kita punya anak, saat anak kita masih bayi atau baru lahir atau malah saat anak kita sudah empat orang… semuanya mungkin-mungkin saja… Nggak ada yang nggak mungkin. Tinggal motivasi diri kita apa, kemampuan kita untuk memenej waktu.. dan juga kesediaan kita untuk berkorban dalam banyak hal, tentu saja.

 

Aku sendiri, belajar banyak dari teman-temanku itu. Mereka tak nampak seperti orang yang kelelahan atau kecapean.. aku salut pada semangat belajar mereka yang tinggi, tapi tetap bisa menjadi ibu bagi anak-anak mereka, sebagian dari mereka malah menjadi ibu yang cukup baik…

 

4 Tanggapan to “Beasiswa, Sekolah, Anak?”

  1. Diar April 10, 2010 pada 7:34 am #

    Mba, saya senang membaca blognya mba sangat lengkap dan berbeda dari blog2 lainnya. Sangat memotivasi dan memberikan pencerahan. Saya seorang scholarship hunter juga, tapi dalam waktu dekat ini akan menikah sempat bimbang juga. Setelah membaca blog mba, saya semakin mantap untuk terus berjuang mendapatkan beasiswa. Doakan saya juga ya, Salut ya mba 😉

    • scholarshiphunter April 11, 2010 pada 10:53 am #

      Hi Diar..selamat yaa.. menikah adalah salah satu hal yang indah 🙂 jangan sampai terganggu oleh hal lain.. tetapi menuntut ilmu juga penting.. so, yakinlah bahwa keduanya bisa berjalan beriringan..:D
      jangan lupa bicarakan dengan (calon) suami mengenai keinginan untuk bersekolah (mencari beasiswa) ini.. sebab dukungan suami pun sangat penting…
      selamat berjuang yaaa… sukses selalu…:)

  2. Wahyu Adiningtyas Februari 1, 2012 pada 2:44 am #

    hai, bisa gak minta teman-teman mbak yang saat hamil diwawancara untuk beasiswa menuliskan pengalaman mereka? akan sangat menarik sekali. saya pernah wawancara beasiswa saat hamil dan saya merasa didiskriminasi atas hal itu. mungkin pengalaman teman-teman mbak bisa memotivasi saya lagi. terima kasih

    • scholarshiphunter Februari 2, 2012 pada 4:00 pm #

      halo Wahyu,..
      terima kasih saran dan masukannya… tapi saya sendiri ga bisa lagi melacak di mana mereka sekarang 😀 tulisan di atas dibuat sekitar 3 tahun lalu, saat saya akan berangkat ke australia.. dan saat ini saya sudah kembali ke bandung lagi..
      tapi seorang kenalan saya yang lain, yang diwawancarai ketika sedang hamil, tidak mengalami hal tersebut. artinya wawancara dia baik2 saja, dan sukses mendapatkan beassiswa yang diinginkan..
      Hmmm…mungkin perasaan wahyu saja yang sedang sensitif 😀
      tetap semangat yaa…

Tinggalkan Balasan ke Diar Batalkan balasan